Selasa, 10 November 2015

Tekanan Berat untuk Industri Consumer Goods

Meski inflasi cenderung turun pada Oktober 2015 menjadi 6,25% dari bulan sebelumnya 6,83%, tekanan berat untuk industri consumer goods belum mereda.

Industri barang konsumsi harian (fast moving consumer goods/FMCG) hingga akhir Oktober 2015 belum mampu bangkit dan mencatatkan pertumbuhan positif seperti tahun lalu. Menurut riset terbaru Kantar Wordpanel, penjualan makanan dan produk dairy di segmen consumer goods tercatat tumbuh negatif dalam 12 minggu hingga akhir Oktober 2015.

Penjualan makanan turun -2,7% dalam nilai dan turun -3,3% dalam volume. Produk dairy juga membukukan penurunan -3% dalam nilai, dan pertumbuhan tipis dalam volume sebesar 0,9%.
Pertumbuhan tertinggi masih dicatatkan produk rumah tangga (home care) sebesar 4,6% (nilai) dan 1,1% (volume). Padahal periode yang sama tahun sebelumnya, produk home care tumbuh 16,5% secara nilai, dan tumbuh 11,3% secara volume.

Penurunan juga dicatatkan penjualan produk minuman secara volume, dengan penurunan -2% dibanding periode yang sama tahun lalu 1,7%.

"Industri FMCG masih mampu untuk bangkit kembali ke bentuk pertumbuhan yang sehat. Hal itu ditunjukkan oleh sedikit penurunan dalam hal volume dan nilai," tulis riset tersebut.



Meski penjualan produk minuman turun secara volume, segmen teh siap saji masih menjadi produk primadona. Budaya Indonesia untuk menyajikan teh disertai dengan 'versi mobile' teh telah mendorong penjualan teh siap saji dari segi nilai dan volume.

Secara total, pasar fast moving consumer goods (FMCG) di Asia, terutama Indonesia, diperkirakan tumbuh melambat pada tahun ini menjadi 4,6%, hanya separuh dari persentase pertumbuhan dalam dua tahun lalu (10% pada 2014 & 2013). Menurut data Kantar Worldpanel Indonesia–lembaga riset, perlambatan terjadi di semua subwilayah, Asia Utara, Asia Tenggara (terutama Indonesia), dan India.

Soon Lee, General Manager Kantar Worldpanel Indonesia, menjelaskan perlambatan tren pertumbuhan itu dipengaruhi pelemahan penjualan makanan dan minuman yang berkontribusi sekitar 60% dari belanja rumah tangga di Asia.

“Dibandingkan dengan tahun lalu, nilai pasar fast moving consumer goods di Indonesia, Thailand, dan Vietnam melambat secara tajam. Volume penjualan fast moving consumer goods hanya tumbuh 0,4% di Asia. Di sektor non-makanan tumbuh tercepat 3,8%,” papar dalam keterangan tertulis.

Nilai penjualan industri minuman Indonesia dan China melambat, sementara Malaysia menderita pertumbuhan negatif. Sementara penjualan industri makanan di sebagian besar negara-negara Asia melambat, kecuali Vietnam yang mengalami kontraksi. Untuk penjualan produk personal care, kategori perawatan pribadi, di China menunjukkan pertumbuhan positif.

Pertumbuhan tinggi masih terjadi di segmen produk home care. Penjualan segmen ini mencakup pelembut, sabun cuci piring, masih bisa tumbuh dua digit di Indonesia. Sementara penjualan susu tumbuh dua digit di China dan Filipina, namun terjadi kontraksi di kategori susu di India dan Malaysia.

Fast moving consumer goods mencakup barang-barang konsumsi yang dibutuhkan sehari-hari atau dibutuhkan secara berkala dalam periode waktu tertentu yang singkat. Barang konsumsi jenis itu mencakup produk-produk makanan (food), peralatan rumah tangga (household), dan perawatan tubuh (personal care). Berbeda dengan barang tahan lama (durable goods), barang-barang fast moving consumer goods memiliki umur simpan yang singkat, baik sebagai akibat dari permintaan konsumen tinggi maupun karena produk yang cepat rusak.

Pasar FMCG di Indonesia tumbuh rata-rata per tahun (compounded annual growth rate/CAGR) sebesar 16,6% periode 2004-2010, di tengah fluktuasi inflasi yang dapat menahan maupun menggerus daya beli masyarakat. Sementara periode 2011 hingga saat ini, pertumbuhan pasar diperkirakan sekitar 13%.

Lee menambahkan sejumlah produk FMCG diperkirakan masih dapat tumbuh digit ganda pada tahun ini seperti frozen food dan diapers. Berdasarkan riset Kantar Worldpanel pada tiga bulan terakhir terhadap 20.000 responden, produk siap minum (ready to drink product) seperti kopi siap minum, minuman isotonik, dan minuman energi mempunyai kontribusi volume paling besar untuk konsumsi di luar rumah.

Perusahaan riset itu menemukan hal yang menarik pada pola konsumsi di luar rumah pada setiap kelompok umur. Pada kelompok anak di bawah 10 tahun, preferensi kategori kelompok ini terutama susu cair, biskuit, dan es krim. Remaja usia 11-20 tahun terutama teh siap minum, biskuit, susu cair, dan es krim. Preferensi untuk dewasa usia 31-45 tahun terutama teh siap minum, air minum kemasan, dan isotonik. Sementara preferensi untuk dewasa di atas 45 tahun terutama teh siap minum, air minum kemasan, dan isotonik.(*/berbagai sumber/tim redaksi 03)

Sources: dunia industri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar