Selasa, 01 Maret 2016

Membedah raksasa telekomunikasi PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) atau Telkom

PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) merupakan perusahaan konglomerasi telekomunikasi terbesar di Indonesia dengan jumlah pelanggan, pendapatan dan kapitalisasi pasar terbesar di industri. Telkom memiliki 129,8 juta pelanggan di Indonesia, pendapatan senilai Rp 71 triliun pada 2011, dan kapitalisasi pasar mencapai Rp 180 triliun.

Telco Industry Outlook
Tren industri telekomunikasi Indonesia saat ini lebih didominasi oleh layanan telepon seluler. Sejalan dengan tren yang berkembang di dunia, saat ini industri seluler Indonesia mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dibanding telepon tidak bergerak (fixed line). Hal ini salah satunya dikarenakan teknologi telepon seluler memiliki cakupan yang lebih luas, serta waktu yang lebih singkat untuk membangun infrastruktur yang diperlukan.

Pasar seluler Indonesia merupakan yang terbesar ketiga di dunia, setelah China dan India berdasarkan jumlah pelanggan komunikasi seluler. Per 31 Desember 2010, jumlah kartu SIM yang beredar di Indonesia diperkirakan mencapai 236,7 juta kartu, atau setara dengan 97,3% penetrasi jumlah penduduk Indonesia, meski jumlah pengguna telepon seluler baru 57,9% dari jumlah penduduk.

Pengguna kartu SIM yang besar jumlahnya, kemudian peluang penggunaan telepon seluler yang lebih besar kedepannya menjadi pasar prospektif bagi operator seluler, seperti Telkom. Saat ini tercatat terdapat 11 operator baik GSM maupun CDMA yang beroperasi di pasar Indonesia. Jumlah tersebut lebih besar dibanding dengan pasar lain di Asia, kecuali India.

Banyaknya pemain menyebabkan ketatnya persaingan dalam industri. Pendapatan rata-rata per pengguna (Average Revenue Per User-ARPU) industri seluler Indonesia terus mengalami penurunan. ARPU menurun dari US$ 4,65 pada 2008 menjadi US$ 3,88 pada 2010 akibat perang tarif dalam layanan suara maupun sms akibat ketatnya persaingan.

Mengatasi persaingan yang ketat, industri seluler berusaha mencari sumber pendapatan baru, salah satunya dari layanan data seluler. Selama periode 2008-2010 pendapatan layanan data seluler mencatat pertumbuhan 16,8% compounded annual growth rate (CAGR), jauh lebih tinggi dari pertumbuhan layanan suara seluler yang sebesar 7,8%.

Telekomunikasi Indonesia’s Business Model
Telkom merupakan konglomerasi telekomunikasi karena luasnya cakupan bisnis yang dimiliki. Berdasarkan kegiatan bisnis, Telkom memiliki lima bisnis utama yakni telepon (mencakup telepon tidak bergerak dan telepon seluler), internet dan data, interkoneksi, jaringan, serta jasa telekomunikasi lainnya.

Telkom yang memulai bisnisnya dari segmen telepon tidak bergerak, berada dalam posisi monopolistik dengan tidak adanya pemain lain yang lebih dominan dalam industri. Namun, tren penggunaan telepon tetap (fixed line) relatif menurun karena terus meningkatnya preferensi penggunaan teknologi seluler untuk komunikasi.

Bisnis layanan seluler Telkom dilakukan melalui anak usaha, Telkomsel yang juga merupakan operator seluler terbesar di Indonesia. Telkomsel pada 2011 memiliki 107 juta pelanggan, setara dengan 42,9% total pelanggan seluler Indonesia. Jumlah ini lebih dari dua kali lipat pesaing terdekatnya, PT Indosat (ISAT) dengan penguasaan pangsa pasar 20,7%.

Segmen internet dan data merupakan segmen yang memberikan kontribusi pendapatan yang semakin besar. Tahun 2012 Telkom menargetkan pendapatan dari segmen data dapat mengkontribusikan 20%-25% pendapatan Telkom tahun ini meningkat dari 15% pada 2011.

Selain segmen telepon, serta segmen internet dan data, Telkom juga menawarkan jasa interkoneksi, baik untuk domestik, transit, maupun internaisonal. Telkom juga menyewakan jaringan, seperti jaringan sirkit dan menyewakan transporder satelit.

Pada jasa telekomunikasi lainnya, Telkom menawarkan customer premise equipment dan terminal, menawarkan TV berbayar, dan melakukan penjualan modem.

Telkom merupakan salah satu dari dua operator telekomunikasi yang mengoperasikan satelit sendiri, sehingga menjadi keunggulan tersendiri bagi Telkom dibanding operator lain yang harus menyewa transponder satelit untuk kebutuhan operasional.(*)

Sumber selengkapnya di sini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar