Minggu, 24 Juli 2016

Penjualan Semen di Daerah Ini Tumbuh Tertinggi Se-Indonesia

Penjualan semen di Sulawesi di semester I 2016 tumbuh tertinggi dibanding daerah lain di Indonesia. Penjualan semen di Sulawesi naik 24,8% menjadi 2,54 juta ton pada semester I 2016 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya 2,03 juta ton, berdasarkan data Asosiasi Semen Indonesia (ASI).

Kontribusi penjualan semen di Sulawesi terhadap total pasar semen secara nasional juga tumbuh menjadi 8,6% di semester I 2016 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya 7,1%.

Penjualan semen di Sulawesi memimpin pertumbuhan pasar, disusul Maluku dan Papua (+16,9%), Sumatera (+6,9%), Nusa Tenggara (+2,1%), Pulau Jawa (+1,3%). Sementara penjualan semen di Kalimantan anjlok -16% di semester I 2016 menjadi 2 juta ton dibanding periode yang sama tahun sebelumnya 2,38 juta ton.

Penjualan semen di Pulau Jawa tercatat tumbuh tipis 1,3% menjadi 16,24 juta ton di semester I 2016 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya 16,02 juta ton. Secara nasional, penjualan semen di semester I 2016 tumbuh 3,1% menjadi 29,48 juta ton dibanding periode yang sama tahun sebelumnya 28,59 juta ton.

Khusus di Pulau Jawa, menurut data ASI, beberapa daerah mencatatkan pertumbuhan penjualan dipimpin Jawa Tengah (+10,7%), Jawa Timur (+8%), dan Jawa Barat (+0,5%). Sedangkan penjualan semen di DKI Jakarta turun -11%, demikian juga Yogyakarta -1%.

Duniaindustri.com menilai kenaikan penjualan semen domestik pada semester I 2016 mengisyaratkan sentimen positif terhadap industri ini, meski masih dibayangi persaingan ketat dengan pemain baru dan kondisi kelebihan pasokan. Para pemain semen existing berupaya mempercepat ekspansi domestik serta merambah pasar baru di Asia Selatan guna mengimbangi persaingan dan fluktuasi penjualan semen domestik.

Penjualan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) sebagai produsen pemegang pangsa pasar terbesar di Indonesia ikut meningkat positif sebesar 1,7% di semester I 2016 menjadi 12,18 juta ton, dibanding periode yang sama tahun lalu 11,98 juta ton. “Sementara untuk penjualan produk ke luar negeri sepanjang semester I 2016, perseroan setidaknya telah mengekspor sebanyak 189 ribu ton,” kata Direktur Utama Semen Indonesia Rizkan Chandra.

Munculnya pemain-pemain baru membuat jumlah pemain industri semen di Indonesia bertambang signifikan dalam periode empat tahun terakhir, naik 111% sejak 2012 hingga 2016. Pada 2012, pemain industri semen baru berjumlah 9, namun pada 2016 jumlah tersebut meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi 19 pemain. Hal ini menyebabkan peta persaingan dalam penjualan semen domestik menjadi lebih ketat.

Persaingan industri semen terutama untuk sejumlah merek di Pulau Jawa dan Kalimantan diperkirakan makin memanas seiring kehadiran pemain-pemain baru, menurut riset duniaindustri.com. Munculnya pemain-pemain baru berpotensi menggerus pangsa pasar pemain existing jika tidak diantisipasi dengan strategi yang tepat.

Berdasarkan data Asosiasi Semen Indonesia (ASI), pasar semen di Pulau Jawa pada 2015 mencapai 33,69 juta ton, turun 0,1% dibanding 2014 sebesar 33,73 juta ton. Pasar semen di Pulau Jawa berkontribusi 55,74% dari total pasar semen di Indonesia. Dari jumlah itu, pasar semen terbesar di Pulau Jawa terletak di Jawa Barat sebesar 8,93 juta ton atau setara 26,5% dari total pasar semen di Pulau Jawa. Setelah Jawa Barat, pasar semen terbesar kedua yakni Jawa Timur sebesar 8,1 juta ton, Jawa Tengah 7,12 juta ton, Jakarta 5,3 juta ton, Banten 3,28 juta ton, dan Yogyakarta 940 ribu ton.

Sementara pasar semen di Kalimantan pada 2015 mencapai 4,06 juta ton, atau setara 6,7% dari total pasar semen di Indonesia. Tahun ini sejumlah pemain baru akan merealisasikan pabrik baru dan mulai merambah pasar terutama di Pulau Jawa dan Kalimantan. Sebut saja, Semen Garuda, Semen Merah Putih, Semen Puger, Semen Bima, Semen Jawa akan meramaikan pasar semen di Pulau Jawa. Sementara Semen Conch akan memperketat persaingan semen di Pulau Kalimantan.

Berdasarkan kompilasi data duniaindustri.com, Pulau Jawa saat ini dikuasai dua produsen semen besar, yakni PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) dengan pangsa pasar masing-masing sekitar 38,8% dan 37%. Begitu juga di Pulau Kalimantan, Semen Indonesia dan Indocement menguasai pangsa pasar masing-masing sekitar 51,6% dan 27,9%.

Kehadiran pemain-pemain baru dengan merek semen yang baru akan terus memanaskan kompetisi pasar dengan pemain existing, mengingat skala ekonomi dan perang harga dimungkinkan terjadi. Pemain baru diperkirakan menggencarkan promosi dan diskon harga terutama di daerah dekat pabrik untuk menopang pertumbuhan merek semen mereka. Hal itu tentu harus diantisipasi pemain-pemain existing.(*)

Sumber: di sini
* Cari data industri atau riset pasar, klik di sini

Rabu, 20 Juli 2016

Inilah Daftar Top 15 Mobil Terlaris di Indonesia

Lima merek mobil yang diusung Toyota mampu menguasai deretan teratas top 15 mobil terlaris di Indonesia pada semester I 2016. Dipimpin Toyota Avanza, merek mobil Toyota seperti Kijang Innova, Agya, Fortuner, dan Rush mendominasi deretan teratas top 15 mobil terlaris.

Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan merek mobil terlaris top 15 dilihat dari penjualan wholesales adalah Toyota Avanza (67.224 unit), Toyota Kijang Innova (30.880 unit), Honda BR-V (29.347 unit), Toyota Agya (28.162 unit), Daihatsu Ayla (26.228 unit), Daihatsu Xenia (23.963 unit), Honda Mobilio (23.705 unit), Daihatsu Gran Max Pick-Up (20.389 unit), Honda HR-V 1.5 (20.027 unit), Datsun GO & GO+ (18.766 unit), Suzuki Ertiga (17.890 unit), Toyota Fortuner (13.841 unit), Toyota Rush (12.007 unit), Honda Brio Satya (11.385 unit), dan Mitsubishi Pajero Sport (10.308 unit)

Menurut data Gaikindo, penjualan wholesales mobil di Indonesia pada semester I 2016 mencapai 531.929 unit, naik 1,22% dibandingkan periode yang sama tahun lalu 525.479 unit.

Dari penjualan pada periode tersebut, merek mobil Toyota tetap menjadi yang teratas dengan total penjualan 174.550 unit. Posisi kedua direbut merek mobil Honda melalui penjualan 109.662 unit, disusul kemudian oleh merek mobil Daihatsu sebanyak 89.510 unit, Mitsubishi 50.996 unit, dan Suzuki 49.683 unit.

Urutan keenam hingga limabelas berturut-turut adalah Datsun sebanyak 18.766 unit, Hino 10.122 unit, Nissan 8.148 unit, Isuzu 8.064 unit, Mazda 3.184 unit, Mercedes-Benz 1.935 unit, Chevrolet 1.220 unit, BMW 1.129 unit, KIA 711 unit, dan Hyundai 635 unit.

Dari total penjualan wholesales sebanyak 531.929 unit, segmen sedan hanya memberi kontribusi 7.333 unit, turun dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya yang mencapai 10.537 unit.

Hingga pertengahan 2016 ini, sedan bermerek Toyota masih menjadi yang paling laku, di mana penjualannya mencapai 2.042 unit. Penjualan Honda ada di posisi kedua sebanyak 1.112 unit, disusul oleh Mercedes-Benz 1.044 unit.

Untuk sedan BMW terjual 572 unit, Proton 417 unit, Nissan 79 unit, Mazda 75 unit, Lexus 34 unit, Suzuki 26 unit, VW Passenger 19 unit, Audi 18 unit, Peugeut 13 unit, dan merek lainnya masing-masing di bawah 10 unit.

Dari semua model sedan yang dibeli konsumen di Indonesia, Toyota Camry jadi yang paling laku dengan penjualan 795 unit, disusul Toyota Vios 684 unit, Mercedes-Benz C-Class 555 unit, Honda City 551 unit, Toyota Altis 516 unit, Mercedes-Benz E/S Class 498 unit, Honda Civic 357 unit, dan BMW 3-Series 270 unit.

Untuk menggairahkan kembali pasar sedan di Indonesia, Gaikindo telah meminta pemerintah agar segera menurunkan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) sedan.

Seperti diketahui, PPnBM untuk sedan mencapai 30%, sementara mobil penumpang 4X2 seperti Multi-Purpose Vehicle (MPV) hanya terkena PPnBM sebesar 10%. Pajak yang tinggi ini membuat sedan menjadi mahal dan sulit dijual.(*)

Sumber: di sini
* Cari data industri atau riset pasar, klik di sini

Rabu, 13 Juli 2016

Rp 2.000 Triliun Dana Tax Amnesty Diarahkan ke Investasi Sektor Riil

Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin‎ berharap, dana yang masuk ke Indonesia dari penerapan pengampunan pajak (tax amnesty) diarahkan ke investasi sektor riil terutama sektor industri manufaktur sehingga menggerakkan industri pengolahan (manufaktur). Pemerintah menargetkan dana yang masuk dari tax amnesty mencapai Rp2.000 triliun, dengan target penerimaan negara mencapai Rp160 triliun.

Duniaindustri.com menilai target Kemenperin untuk menyalurkan dana tax amnesty ke sektor riil terutama industri manufaktur cukup positif, meski masih menghadapi kendala daya saing secara global. Idealnya, dana jumbo dari tax amnesty bisa mengalir ke industri manufaktur yang terbukti memberikan kontribusi terbesar terhadap perekonomian.

Selain itu, dana segar tersebut juga dapat memberikan stimulus modal baru untuk memulihkan kondisi industri manufaktur pasca dihantam perlambatan permintaan domestik, kejatuhan harga komoditas dunia, serta fluktuasi kurs. Perlu diingat, industri manufaktur terhempas cukup parah dengan kondisi layoff di sejumlah subsektor seperti garmen, tekstil, farmasi, elektronik, dan lainnya.

Di sisi lain, secara teori, aliran modal dari dana tax amnesty akan mencari target investasi dengan potensi keuntungan yang memadai dan jangka waktu yang tidak terlalu lama. Di sinilah perlunya peran pemerintah, untuk mengintermediasi antara sasaran dana tax amnesty yang cenderung bersifat jangka menengah disesuaikan dengan investasi manufaktur yang tergolong jangka panjang. Perbaikan daya saing industri manufaktur juga dibutuhkan agar industri ini tampil seksi dan menawarkan potensi keuntungan yang tinggi serta nilai tambah.

Menurut Menperin, dana dari tax amnesty tersebut seharusnya tidak hanya diarahkan untuk pengembangan industri keuangan. Pasalnya, industri manufaktur saat ini juga menjadi prioritas pemerintah untuk dikembangkan.

"‎Harapan kami akan disalurkan juga untuk pengembangan industri manufaktur. Jadi, tidak hanya untuk hal-hal yang misalnya industri keuangan, tapi juga masuk ke industri manufaktur," katanya usai Halal Bihalal di kantornya.

Terlebih lagi, industri manufaktur selain dapat meningkatkan nilai tambah juga dapat menciptakan lapangan pekerjaan dalam jumlah besar serta memberikan devisa ekspor yang signifikan. Dengan demikian, dana dari tax amnesty bisa diputar untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Dalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN), setidaknya terdapat 10 industri prioritas yang akan dikembangkan hingga 2019. Menurut Saleh, dana yang masuk dari pengampunan pajak tersebut bisa diarahkan ke industri-industri prioritas tersebut.

"‎Misalnya, industri makanan minuman atau industri yang hulu dalam hal ini industri baja, industri farmasi, petrokimia, atau juga industri lainnya. Ini yang memang harus kita kembangkan, termasuk juga industri sawit (crude palm oil/CPO) dengan turunannya yang terus kita kembangkan dan industri pulp and paper," imbuh dia.

Saleh menyebutkan, pada 2015 sumbangan devisa yang dihasilkan dari produksi CPO dan turunannya mencapai US$ 19 miliar dengan penyerapan tenaga kerja mencapai 6 juta orang. Jika dana tax amnesty tersebut masuk ke industri tersebut, maka sumbangan devisa serta penyerapan tenaga kerja akan jauh lebih besar.

"‎Pulp and paper itu kan cukup besar juga sekitar US$ 5,7 miliar devisa yang dihasilkan dengan tenaga kerja 2,1 juta. Termasuk industri lainnya, misalnya tekstil dan produk tekstil (TPT) yang menyerap tenaga kerja cukup besar. Jadi, dana (tax amnesty) tersebut harapan kita ada yang msuk ke pengembangan industri manufaktur yang akan meningkatkan nilai tambah dan menciptakan lapangan kerja cukup besar," pungkasnya.

Berdasarkan data Kementerian Perindustrian (Kemenperin), industri manufaktur tumbuh sebesar 5,04% sepanjang 2015, lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi sebesar 4,79%. Pertumbuhan cabang industri manufaktur tahun 2015 yang tertinggi dicapai oleh industri barang logam; komputer, barang elektronik, optik; dan peralatan listrik sebesar 7,83 persen, disusul oleh industri makanan dan minuman
sebesar 7,54 persen dan Industri mesin dan perlengkapan sebesar 7,49 persen.

Kontribusi sektor industri pengolahan non migas (manufaktur) pada tahun 2015 sebesar 18,18 persen dengan nilai Rp. 2.098,117 Triliun. Ekspor produk industri tahun 2015 sebesar US$ 106,63 miliar dan memberikan kontribusi sebesar 70,97 persen dari total ekspor nasional yang sebesar US$ 150,25 miliar. Sedangkan untuk impor produk industri tahun 2015 sebesar US$ 108,95. Neraca ekspor-impor Hasil Industri Non Migas tahun 2015 adalah US$ -2,31 Miliar (neraca defisit).

Nilai investasi PMDN sektor industri tahun 2015 sebesar Rp 89,04 Triliun atau tumbuh sebesar 50,84 persen dibanding tahun 2014 sebesar Rp 41,84 Triliun. Nilai investasi PMA sektor industri Tahun 2015 mencapai US$ 11,76 Miliar atau menurun sebesar 9,65 persen dibandingkan Tahun 2014 sebesar US$ 13,01 Miliar.(*)

Sumber: di sini
* Cari data industri atau riset persaingan pasar, klik di sini

Selasa, 12 Juli 2016

Inilah Akuisisi Terbaru di Industri Farmasi

Mitsui & Co (Asia Pacific) Pte Ltd dan Fujimori Kogyo Co Ltd mengakuisisi 79,4% saham pengendali di PT Champion Pacific Indonesia Tbk (IGAR) yang dimiliki oleh Champion Pacific Limited dan PT Kingsford Holdings. Mitsui dan Fujimori telah menandatangani perjanjian jual beli saham bersyarat (conditional share purchase agreement) dengan Champion Limited dan Kingsford Holdings.

Antonius Muhartoyo, Direktur Utama Champion Pacific Indonesia, dalam keterbukaan informasi menjelaskan perjanjian jual beli saham bersyarat (conditional share purchase agreement) telah ditandatangani pada 23 Juni 2016. "Para calon pengendali baru (Mitsui dan Fujimori) berencana melakukan pengambilalihan secara tidak langsung terhadap perseroan, melalui pengambilalihan 7.650.275 saham di Kingsford, yang saat ini mewakili 79,4% dari seluruh saham yang disetor dan ditempatkan di dalam perseroan," ujarnya dalam keterangan tertulis.

Menurut dia, pengambilalihan ini akan mengakibatkan perubahan pengendali dalam perseroan. Karena itu, para calon pengendali baru akan melakukan penawaran tender wajib sesuai dengan ketentuan Peraturan Bapepam dan LK No IX.H.1 tentang Pengambilalihan Perusahaan Terbuka.

Kepemilikan saham Champion Pacific Indonesia saat ini adalah PT Kingsford Holdings (79,42%), PT Kalbe Farma Tbk (5,40%), publik (15,18%). Champion Pacific Indonesia didirikan pada 1975 dan listing di bursa saham pada 1990. Semula bernama PT Kageo Igar Jaya Tbk, kemudian berubah menjadi PT Champion Pacific Indonesia Tbk pada 2010. Perseroan bergerak di bidang industri kemasan dengan konsentrasi di industri farmasi, consumer goods, pertanian, dan konstruksi. Perusahaan memiliki dua anak usaha yakni PT Avesta Continental Pack (dengan kepemilikan saham 76,47%) dan PT Indogravure (39%).

Pada 2015, penjualan perseroan tercatat Rp 677,3 miliar, turun 8,2% dibanding 2014 sebesar Rp 737,8 miliar. Penurunan ini disebabkan karena volume order pelanggan mengalami penurunan. Laba kotor pada 2015 juga turun 8,5% menjadi Rp 9,4 miliar. Demikian juga laba bersih yang turun 7,5% menjadi Rp 2,46 miliar. Penurunan laba bersih terjadi terutama karena penurunan penjualan dan kenaikan biaya usaha menyusul terjadinya beban restrukturisasi gaji pegawai.

Farmasi Melambat
Pertumbuhan industri farmasi di 2016 diprediksi melambat menjadi sekitar 7%-8% dibanding 2015 sebesar 7,9% atau 2013 sebesar 13%. Prediksi itu sesuai dengan iklim usaha di industri farmasi yang cukup menantang dengan kondisi fluktuasi kurs, perlambatan perekonomian nasional, serta program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pemerintah yang belum berjalan optimal.

Lutfi Mardiansyah, Ketua Umum International Pharmaceutical Manufacturers Group (IPMG), menjelaskan pertumbuhan yang diprediksi melambat itu cukup mengkhawatirkan. “Karena pertumbuhan melambat, ada beberapa perusahaan yang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karena salah perencanaan,” ujarnya.

Berdasarkan data IMS Health, pertumbuhan industri farmasi Indonesia pada kuartal III-2015 hanya 7,9%. Pertumbuhan ini lebih tinggi ketimbang 2014 yakni sebesar 7,2%. Sementara pertumbuhan industri farmasi pernah mencapai angka cukup tinggi pada 2012 dan 2013 yakni 13%.

Meskipun penjualan produk farmasi untuk program JKN menjadi penggerak utama bisnis industri farmasi, hingga kini pebisnis belum punya angka pasti. Lutfi menyubut, Kementerian Kesehatan pun tidak pernah mengeluarkan angka resmi soal obat ini.

Hanya saja dalam perkiraan Gabungan Perusahaan Farmasi (GP Farmasi) total bisnis obat untuk BPJS ini porsinya bisa mencapai 60% dari total omzet farmasi di dalam negeri yang tahun lalu mencapai kisaran Rp 60 triliun. Artinya omzet bisnis obat ke BPJS bisa mencapai Rp 36 triliun.

Isu PHK
Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) menyatakan sejumlah perusahaan kembali merumahkan ratusan buruh dari pabrik farmasi multinasional pada Februari 2016. “Perusahaan seperti PT Novartis mem-PHK 100 orang dari total 300 orang di Kuningan, Jakarta Selatan; PT Sandoz 200 orang dari 300 orang di Pasar Rebo, Jakarta Timur; PT Sanofi Aventis lima orang kemungkinan menjadi 100 orang dari 300 orang di Jalan Ahmad Yani, Jakarta Timur,” kata Presiden KSPI Said Iqbal.

Said mengatakan beberapa perusahaan lainnya yang akan merumahkan ratusan buruh, yakni PT Merck, PT Glaxo, PT Johnson and Johnson yang kini membuat para pekerjanya gelisah. Pemutusan hubungan kerja ini karena perusahaan ingin mengurangi kapasitas produksi. Ratusan buruh yang sudah di-PHK saat ini sedang merundingkan pesangon dari perusahaan tersebut.

Said mengungkapkan buruh mendesak pemerintah untuk berusaha menghentikan gelombang PHK. “PHK ini bukan main-main dan mengada-ada. Perusahaan farmasi yang sudah mem-PHK buruhnya berasal dari perusahaan multinasional dari Prancis dan Swiss serta sudah puluhan tahun ada di Indonesia,” ujar Said.

Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) masih menghantui Indonesia sepanjang kuartal I-2016. Kondisi PHK massal atau dikenal dengan istilah layoff ini dimulai sejak semester I 2015 yang berawal dari industri tekstil (tekstil hulu dan garmen), sepatu, rokok hingga ke ritel, semen dan pertambangan batubara, kemudian menjalar pada kuartal I 2016 ke industri elektronik, otomotif, alat berat, serta minyak dan gas (migas).

Kelesuan ekonomi nasional yang diperparah dengan kejatuhan harga komoditas serta fluktuasi kurs menekan daya beli konsumen, sehingga terjadi penurunan permintaan dan kondisi overstock. Akumulasi kondisi tersebut membuat beban operasional dan produksi melampaui pendapatan sehingga pelaku industri terpaksa melakukan efisiensi yang salah satunya berupa pengurangan tenaga kerja.(*)

Baca selengkapnya di sini
* Cari data industri dan riset persaingan usaha, klik di sini

Pasar Saham Meroket, Tembus Level Psikologis 5.100 Poin

Pasca libur Lebaran, bursa saham Indonesia tambah bersemangat dengan kenaikan yang cukup signifikan pada dua hari perdagangan, naik hampir 5% melampaui 5.109 poin, menyusul cukup derasnya dana asing masuk. Hal ini juga selaras dengan pernyataan guru investasi global Mark Mobius yang menyebutkan keputusan Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa (Brexit) akan mempercepat pergeseran “pusat gravitasi” pasar ke Asia.

Mengikuti penguatan saham-saham di Asia, bursa saham Indonesia (indeks harga saham gabungan/IHSG) tampak kokoh menembus level psikologis 5.100 poin ditopang penguatan saham-saham Lq45 dan small cap. Saham PT BRI Agroniaga Tbk (AGRO) menjadi salah satu top gainer dengan penguatan 50 poin (16,5%) ke level Rp 352, atau meningkat 286% dalam waktu empat bulan terakhir dari posisi Rp 91 di April 2016.

Mark Mobius menilai pasar Asia akan menjadi pusat gravitasi pasar dan akan menampung dana pergeseran dari pusat gravitasi lainnya. “Akan semakin banyak, lebih banyak lagi transaksi (IPO) yang menuju ke arah tersebut,” ujar Mobius. Ia mengakui telah “sangat salah” meramalkan Brexit, yang disebutnya sebagai “kejadian menakjubkan.”

“Saya yakin Inggris sekarang mulai berpikir ulang,” katanya seperti dikutip CNBC.

Melemahnya kerjasama ekonomi di Eropa, menurutnya, akan menguntungkan Asia. “Belum ada yang benar-benar terjadi saat ini, karena orang masih terkejut seperti rusa yang terpapar lampu sorot,” kata Mobius.

“Tapi ketika kita sudah tenang dan mulai memikirkan masa depan, masalah ini akan terus melekat di benak mereka,” tegasnya.

Mobius berpendapat, kecepatan China untuk mengambangkan mata uangnya akan menjadi faktor penentu seberapa cepat penguatan transaksi dan IPO saham di Asia.

Seiring dengan kenaikan signifikan bursa saham (indeks harga saham gabungan/IHSG), pemerintah menyetujui rencana rights issue empat BUMN, yaitu PT Jasa Marga (Persero) Tbk, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, dan PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. Kenaikan IHSG yang didorong derasnya dana asing masuk ke Indonesia dinilai menjadi momentum tepat untuk rights issue empat BUMN.

Rencananya, hasil penjualan saham baru tersebut akan digunakan untuk membiayai proyek bisnis masing-masing empat BUMN itu. Rencana right issue itu merupakan bagian dari program privatisasi Kementerian BUMN 2016 untuk memperkuat permodalan perusahaan negara.

"Ini momen yang paling tepat bagi empat BUMN melakukan rights issue. Perlu dibuat rencana yang matang untuk menyambut program tax amnesty karena akan ada dana besar yang masuk," ujar Menko Perekonomian, Darmin Nasution, usai memimpin Rapat Koordinasi Komite Privatisasi.

Dukungan Tax Amnesty
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo optimistis, banyak wajib pajak pribadi maupun badan yang akan memanfaatkan tax amnesty dan membawa dananya kembali ke Indonesia. Selain itu, dia berharap dengan adanya tax amnesty akan menarik lebih banyak dana segar masuk ke pasar keuangan Indonesia.

Sementara Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Nurhaida menilai, tax amnesty memberikan sentiment positif terhadap indeks di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dampak kebijakan tersebut, banyak pelaku pasar, khususnya asing melakukan aksi beli sehingga membawa IHSG pada level baru di 5000 poin.

”Perdagangan saham Senin awal pekan, IHSG tembus 5.000 tidak bisa lepas dari sentiment positif dari tax amnesty," ujarnya.

Bank Indonesia melaporkan dana asing yang masuk sejak awal tahun ini hingga 24 Juni 2016 mencapai Rp97 triliun, atau naik 70,1% dibanding periode sama tahun lalu yang sebesar Rp57 triliun. Dana asing yang masuk tersebut telah menopang penguatan rupiah yang terus bertengger di level psikologis Rp13.100, dalam beberapa pekan terakhir.

Berdasarkan transaksi antarbank di pembukaan pasar, Jakarta, rupiah telah menguat 84 poin menjadi Rp13.108 per dolar AS. Bank Indonesia menjelaskan, penguatan rupiah hingga saat ini masih belum menemui level stabilitas baru. Penguatan rupiah lebih karena sentimen eksternal dan internal yang sementara. Dari sisi internal, disetujuinya Undang-Undang Pengampunan Pajak telah meningkatkan kepercayaan pelaku pasar dan investor.(*)

Baca selengkapnya di sini
* Butuh data industri dan riset persaingan pasar, klik di sini

Minggu, 10 Juli 2016

New Private Equity Fund in Indonesia

Divestama is a private fund (private investment schemes to private / P-to-P) which is based on the (underlying) the real sector in Indonesia that provides the fastest and highest profits.

Divestama not bulging investment, speculation, multilevel marketing (MLM), and not a means of raising funds en masse. Private fund was created and designed exclusively, limited, specifically, to a certain period to drive the industry chain that provides the fastest and highest profits.

We realize, in cooperation in investment, of course investors are undermined trust, security, and sustainability. Therefore, Divestama supported by efficient and effective management, asset base liquid, and rapid turnaround to avoid missmanagement.

Divestama will maintain the ratio of capital base to fund investors 4: 1, making it easier to maintain cash flow in the future. Divestama is a pioneer unification of real sector in Indonesia with direct investment scheme.

To build trust, Divestama also supported a number of assets in the real sector, which is worth in excess of funds raised from retail investors (ratio 20: 1). Divestama will emphasize on higher asset productivity and fast turnaround to provide the highest returns for investors.

For comparison, the average profit (profit sharing) of Divestama approximately 10% in 45 days. In the investment period, the fund investors will be played in the real sector to generate high profits and quick. After the completion of the investment period (45 days), investors' funds will be returned with a revenue share of 10%.

Why joint with Divestama?

1. Speed
We provide benefits (profit sharing) and payback of the fastest start. With the proliferation of digital trends as well as the Internet, speed is an initial foundation for a new system. For that investment system Divestama present to answer the challenge. So, we like super fast speed.

2. The business Andal / Mastering Industry
Divestama has been integrated with a complete industry chain, so that the flow of capital distribution can be transparent and satisfactory outcome.

3. Minimal Risk
Risks in every effort is certainly there. How to minimize strategy, it is our responsibility. With a ratio of cumulative funds authorized capital vs 4: 1, Divestama strive to maintain a solid cash flow to support profitability.

4. For High Yield
We come to the fourth stage, when the fruit was ripe and ready to be enjoyed. Briefly, Divestama want to provide benefits (profit sharing) 10% within 45 days and your capital back. What are you waiting for.(*)



For more info click here
Others portfolio click here
Buy Indonesian Product click here

Fitur Market Competition Research di Indonesia

Di setiap lini usaha, mulai dari pembelian bahan baku, pencarian vendor, proses pengolahan, marketing, distribusi, ekspor-impor, semua membutuhkan data, analisis, dan riset. Bahkan, persaingan pasar juga membutuhkan data, analisis, dan riset untuk mengintip kekuatan-kelemahan pesaing (market intelligence), mempelajari strategi kompetitor, mengakuisisi pelanggan, mempertahankan pangsa pasar, edukasi pasar, edukasi konsumen, brand awareness, dan lainnya.

Di era globalisasi dan digitalisasi seperti sekarang, data sudah dianggap sebagai komoditas yang dapat diperjualbelikan secara profesional. Seluruh rantai bisnis industri (supply-demand chain) membutuhkan data untuk dapat mengambil keputusan yang tepat dan efisien.

Namun, di Indonesia sering terjadi pencarian data, analisis, dan riset sulit dilakukan karena terbatasnya akses informasi, ruang publik, ekosistem yang belum berkembang, serta ketiadaan forum/ajang interaksi jual-beli data. Karena itu, tidak heran, harga (nilai) sebuah data dapat melambung tinggi karena keterbatasan pasokan, sementara kebutuhan tergolong tinggi.


Jika Anda sedang mencari data industri yang spesifik dan khusus, maka detektif industri siap membantu. Dengan dukungan tim profesional dan multisources, detektif industri dapat membantu mencari data spesifik sesuai kebutuhan Anda. Harga mulai dari Rp 250 ribu, buka 24 jam sehari – 7 hari seminggu.

– Jasa survei dan riset pasar
– Jasa riset perilaku konsumen dan kepuasan konsumen
– Jasa konsultasi bisnis
– Jasa bisnis intelligent atau market intelligent
– Jasa penulisan autobiografi
– Jasa penulisan laporan keuangan (annual report)
– Jasa penulisan company profile
– Pesan data untuk kebutuhan korporat (NEW)

Duniaindustri.com memperkenalkan fitur terbaru yakni download database industri aktual. Lebih dari 100 database industri dari berbagai sektor industri manufaktur (tekstil, agro, kimia, makanan-minuman, elektronik, farmasi, otomotif, rokok, semen, perkapalan, dan lainnya), komoditas, pertanian, perkebunan, sumber daya mineral, logistik, infrastruktur, properti, perbankan, reksadana, media, consumer, hingga makro-ekonomi.

Duniaindustri.com memberikan diskon paket pembelian data industri 30%-50% dengan menjadi member tahunan. Segera hubungi kami untuk kebutuhan data industri, analisis, riset, kajian, dan market research lainnya.

Database industri sangat bermanfaat bagi perusahaan maupun perorangan, investor, pemangku kebijakan, direksi perusahaan, marketer, lembaga pemerintahan, institusi asing, lembaga pembiayaan, mahasiswa, dan lainnya.

Duniaindustri.com menyediakan indeks data industri yang bisa didownload user untuk memberikan gambaran atau acuan perkembangan sektor industri tertentu. Saat ini duniaindustri.com menghimpun lebih dari 1000 ukm dan lebih dari 10.000 basis user baik secara perorangan maupun perusahaan, serta industrial agent dari 10 negara di dunia, seperti Korea Selatan, Jepang, Eropa, Dubai.

Riset Pasar Obat Bebas, Obat Generik, dan Obat herbal
Data Industri Elektronik Home Appliances 2005-2015
Riset Industri Manufaktur; Peluang Investasi dan Basis Produksi 2015-2019
Riset Peluang Kerjasama Pemerintah dan Swasta di Proyek Infrastruktur 2015-2019
Riset Tren Produksi Oleokimia dan Biodiesel 2011-2017
Riset Persaingan Brand Rokok di Indonesia 2014-2016
Riset Komprehensif Industri Baja 2007-2017
Riset Peta Persaingan Industri Semen 2015-2017
Data dan Analisis Industri Oli Pelumas 2007-2016
Data dan Outlook Industri Susu & Teh Siap Minum 2013-2016
Data dan Outlook Industri Farmasi 2010-2019
Data dan Outlook Industri Batubara 2011-2030
Data dan Outlook Industri Semen 2003-2019
Data dan Outlook Industri Rokok 2005-2016
Data dan Outlook Industri Petrokimia 2009-2016
Data dan Outlook Transportasi, Logistik, dan Infrastruktur 2009-2019
Data Industri Minimarket, Supermarket, Hypermarket, dan Modern Trade di Indonesia 2012-2015
Data dan Outlook Industri Oleokimia dan Biodiesel 2015-2016
Data dan Outlook Industri Consumer Goods 2016
Tren Fashion dan Data Industri Tekstil
Data industri sepeda motor dan velg motor di Indonesia
Outlook Industri Otomotif 2016-2018
Outlook Industri CPO 2016
Data Pasar Surat Utang di Indonesia dan ASEAN
Data Kejatuhan Harga Komoditas Ekspor Indonesia dan Depresiasi Rupiah
Data Investasi, Insentif, serta Kawasan Ekonomi Khusus Perkebunan Sawit 2010-2015
Data Luas Lahan Sawit, Produksi, serta Ekspor CPO 2009-2015
Data dan Analisis Industri Elektronik Menghadapi ASEAN Community
Data dan Analisis Industri Pakan Ternak dan Perunggasan 2007-2017
Data dan Analisis Industri Baja Periode 2000-2014
Data Investasi Baru, Kapasitas, serta Tren Penjualan Semen 2013-2017
Data Market Insight Private Equity di Asia Tenggara
Data Hilirisasi Industri Sawit, dari Regulasi hingga Persebaran Investasi
Data Sumberdaya Batubara, Tren Harga, serta Biaya Produksi per Ton
Data Industri Semen di Asia Tenggara, Pangsa Pemain, dan Pertumbuhan Pasar
Data Industri Properti dan Perbandingan Harga di Indonesia
Data Industri Perbankan, Reksadana, Asuransi, dan Multifinance di Indonesia
Data Industri Televisi Berlangganan di Indonesia
Data Industri Media dan Belanja Iklan di Indonesia
Data Industri Angkutan Darat (Taksi) di Indonesia
Data Tingkat Kepemilikan dan Minat Beli Mobil di Indonesia
Data Energi Terbarukan (Sawit dan Biofuel) Indonesia
Data Perkebunan Sawit dan Produsen Hilir Terbesar Dunia
Data Outlook Pasar Minyak Nabati China
Data Perubahan Iklim Terkait Sektor Perkebunan di Indonesia
Data Outlook Sektor Transportasi dan Logistik 2014-2018
Data Pasokan dan Permintaan Batubara Termal Global
Data Pasar Minimarket dan Restoran Cepat Saji di Indonesia
Data Produksi, Defisit Pasokan, serta Harga Timah
Data Penjualan Per Merek Mobil
Data dan Analisis Outlook Industri Otomotif
Data dan Analisis Penjualan Motor dan Mobil (LCGC)
Data Strategi Pengembangan Sawit dan Batubara di Indonesia
Data Industri Perkapalan Indonesia
Data Penjualan Mobil Per Segmen Kendaraan
Data Produksi, Ekspor, dan Investasi 15 Komoditas Utama Indonesia
Data Komprehensif Industri Otomotif dan Kebijakan Pemerintah
Data Tren Harga dan Produksi Minyak Nabati Utama
Data Keseimbangan Pasokan-Kebutuhan Sawit dan Dampaknya ke Harga
Data Komprehensif Industri Biofuels dan Produk Hilir CPO
Data Industri Petrokimia, Kimia Dasar, dan Logam Dasar
Data Daya Saing Industri Indonesia di Asean Community 2015
Data Prospek Investasi dan Kebutuhan Lahan Kawasan Industri
Data Industri Makanan-Minuman dan Program Hilirisasi
Data Komprehensif Sasaran, Fokus, dan Kinerja Industri Pengolahan
Data Komprehensif Industri Baja di Indonesia
Data Peranan Industri Sawit sebagai Penghasil Devisa Ekspor
Data Daya Saing Industri dilihat dari Sistem Logistik Nasional
Data Segmentasi dan Jumlah Konsumen Kelas Menengah di Indonesia (2012-2030)
Data Industri Batubata (Brick) di Indonesia dan Malaysia
Data Investasi Infrastruktur, Proyek Pembangunan Pelabuhan, Jalan, Bandara, Kereta Api di Indonesia
Data Masterplan Konektivitas Nasional (2010-2030)
Data Konsumsi dan Impor Susu di Indonesia (periode lima tahun terakhir)
Data Komparasi Konsumsi Semen dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (10 tahun terakhir)
Data Produksi dan Ekspor-Impor Industri Aneka
Data Komprehensif Industri Farmasi Indonesia (Periode Lima Tahun Terakhir)
Data Komprehensif Sistem Logistik Nasional (Sislognas) Indonesia
Data Komprehensif Industri Tekstil Indonesia (periode tiga tahun terakhir)
Data Top 20 Produsen Obat Generik di Indonesia
Data Pasar Kosmetik Indonesia (periode empat tahun terakhir)
Data Volume dan Nilai Ekspor CPO, Tarif Bea Keluar, HPE
Data Omzet dan Top 10 Player Industri Makanan-Minuman
Data Pasar Alat Kesehatan di Asia Pasifik
Data Produksi dan Utilisasi 4 Produsen Kertas Terbesar di Indonesia
Data Pangsa Pasar Top 10 Perusahaan Benang dan Serat
Data Industri Alat Musik, Mainan, dan Perhiasan
Data Permintaan Baja di Indonesia (sepuluh tahun terakhir)
Strategi Ekspansi dan Kapasitas Produksi BUMN Semen Terbesar
Data Produksi Gula, Tebu, dan Area Lahan
Data Buyer Agent Tekstil Terbesar dan Representative Office di Indonesia
Data Jumlah Kendaraan Bermotor, dan Panjang Jalan di Indonesia
Data Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Berdasarkan Jenis
Data Pangsa Pasar Lima Produsen Ban di Indonesia
Data Produksi dan Ekspor-Impor Industri Aneka
Data Penjualan dan Pangsa Pasar 4 Perusahaan Rokok Terbesar
Data Pasar Farmasi di Asia Pasifik
Data Belanja Alat Kesehatan di Indonesia
Data Kapasitas dan Utilisasi Industri Aneka
Kajian Komprehensif Tiga Pemimpin Pasar Semen Indonesia
Kajian Komprehensif Industri Kertas di Indonesia
Data Produksi dan Pangsa Pasar 4 Pemimpin Pasar Baja Canai Panas (HRC)

Sumber: di sini