Senin, 13 Maret 2017

Pasar Semen di Pulau Jawa Tumbuh Positif 5,1%

Pasar semen di Pulau Jawa pada Februari 2017 tumbuh positif 5,1% menjadi 2,51 juta ton dibanding periode yang sama pada 2016 sebanyak 2,39 juta ton. Peningkatan pasar yang mencerminkan kenaikan penjualan itu didorong pertumbuhan permintaan di Jawa Tengah (+14,7%), Yogyakarta (+21%), Jawa Timur (+8,9%), dan Jawa Barat (+1,5%).

Menurut data yang dihimpun duniaindustri.com dari Asosiasi Semen Indonesia (ASI), pasar semen di Jakarta masih tercatat minus 6,1% pada Februari 2017, begitu juga pasar semen di Banten minus 0,7%.

Sementara di luar Pulau Jawa, seluruh daerah tercatat mengalami penurunan penjualan, kecuali Nusa Tenggara yang masih tumbuh 18,2%. Pasar semen di Pulau Sumatera turun -5,1%, Kalimantan turun -8,4%, Sulawesi turun -12,7%, demikian juga Maluku dan Papua turun -5,9%.

Pertumbuhan positif pasar semen di Pulau Jawa mendorong peningkatan tipis pasar semen secara nasional sebesar 0,5% menjadi 4,55 juta ton pada Februari 2017 dibanding periode yang sama tahun lalu 4,53 juta ton. Meski demikian, penjualan semen secara nasional pada Januari-Februari 2017 masih tumbuh -1% secara kumulatif tahunan.

Pada tahun ini, konsumsi semen secara nasional diestimasi tumbuh sekitar 4% menjadi 64,5 juta ton dibanding realisasi 2016 sebanyak 62 juta ton. Total konsumsi itu masih jauh di bawah kapasitas industri semen nasional yang pada akhir 2016 tercatat 97,2 juta ton. Hal itu mendorong terjadinya overcapacity dan oversupply di industri semen nasional sejak 2013.

Aroma persaingan industri semen di Indonesia makin panas dan kritis. Bayangkan saja, kelebihan pasokan (oversupply) semen di Indonesia pada awal Maret 2017 diestimasi mencapai 50%, melampaui proyeksi awal dari Kementerian Perindustrian yang memperkirakan level oversupply hanya 38% pada 2018.

Menurut data yang diperoleh tim duniaindustri.com, kapasitas produksi semen saat ini telah menembus 93 juta ton, padahal demand hingga akhir 2016 hanya sebesar 62 juta ton. Itu berarti, separuh dari total kapasitas semen nasional berpotensi idle atau tidak terserap pasar domestik, jika tidak diekspor.

“Persaingan makin sengit. Oversupply ini terjadi karena kita terlambat investasi pada periode (pemerintahan lalu). Nah pas sekarang investasi, perekonomian melambat dan pemain baru bermunculan,” kata sumber duniaindustri.com dari kalangan pelaku industri semen.

Sebagai perbandingan, Kementerian Perindustrian memperkirakan kelebihan pasokan semen di Indonesia baru mencapai 38% pada 2018, meningkat dari level 37% pada 2016. Menurut Dirjen Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka Kementerian Perindustrian Achmad Sigit Dwiwahjono, kelebihan pasokan semen terjadi karena pertumbuhan kapasitas produksi melampaui kebutuhan dalam negeri.

“Persaingan industri semen akan semakin ketat, mengingat kapasitas produksi semen di Indonesia pada 2018 diperkirakan mencapai 106,3 juta ton, atau melebihi 38% dari kebutuhan nasional sebesar 66,2 juta ton,” ujar Achmad Sigit.

Kondisi kelebihan pasokan ini akan berdampak luas terhadap utilisasi pabrik, strategi pemasaran, strategi diversifikasi produk (ready mix and concrete products), efisiensi, kebijakan harga jual (pricing strategy), hingga mengarah pada isu konsolidasi pemain. Terbukti, tren penurunan harga telah mencapai dua digit terutama di daerah dengan permintaan besar dan tingkat persaingan tinggi, menurut pemantauan duniaindustri.com.

Untuk informasi dan data lebih spesifik, silakan dicermati analisis dan database duniaindustri.com yang terangkum secara lengkap dalam indeks data industri di pojok kiri atas website ini.

Periode Kritis
Industri semen di Indonesia akan memasuki periode kritis pada 2015-2020 seiring dengan kelebihan pasokan (oversupply) dengan hadirnya pemain baru, pelemahan permintaan domestik, serta kelesuan perekonomian nasional. Perusahaan yang tidak mampu bersaing diperkirakan akan mengalami kemunduran drastis hingga terancam bangkrut.

Pembangunan pabrik baru oleh pemain existing dan pemain baru semen mendorong investasi di industri ini mencapai Rp 15 triliun sepanjang 2016. Meski demikian, konsumsi semen per kapita di Indonesia yang masih rendah dibanding negara-negara tetangga tetap memberikan prospek positif bagi industri ini.

“Konsumsi semen per kapita nasional saat ini sekitar 243 kg per kapita,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto lewat siaran pers.

Jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga, konsumsi semen per kapita di Malaysia sebesar 751 kg per kapita, Thailand sebesar 443 kg per kapita dan Vietnam sebesar 661 kg per kapita. Untuk itu, Kementerian Perindustrian terus mendorong penggunaan semen dalam negeri pada program pembangunan infrastruktur yang dicanangkan oleh pemerintah.

“Kami akan berkoordinasi dengan kementerian terkait seperti Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat serta instansi lainnya, sehingga diharapkan utilisasi industri semen nasional dapat ditingkatkan,” jelas Airlangga.

Dia menegaskan Kemenperin berkomitmen untuk menjaga iklim usaha tetap kondusif sehingga industri semen nasional dapat berkembang. Upaya yang dilakukan, antara lain dengan mengendalikan impor semen maupun klinker, mendorong diversifikasi produk barang-barang dari semen, serta penerapan dan penegakan Standar Nasional Indonesia (SNI) semen secara wajib maupun pengembangannya.

“Selain itu, kami juga meminta kepada pelaku industri semen nasional agar terus membangun budaya inovasi untuk meningkatkan keunggulan kompetitif di tengah persaingan yang semakin ketat baik di tingkat regional maupun internasional,” paparnya.(*/tim redaksi 03)

Sumber: klik di sini

* Butuh riset pasar dan data industri lainnya, total terdapat 130 database, klik di sini
** Butuh marketing inteligence dan copywriter, klik di sini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar